MILAD HIMPARISBA

Posted by Author On March - 25 - 2010

HIMPARISBA telah berdiri sejak tahun 1979. Sebelum organisasi Himparisba terbentuk, terdapat kelompok-kelompok pengajian kecil yang dipimpin oleh Bapak Jumadi (Almarhum) dan Bu Maryam pada tahun 1974. Seperti Nurul Aliyah, Ropalu, dan lain-lain.

SENYUMAN RAMADHAN

Posted by HIMPARISBA On July - 10 - 2010

Ramadhan, dengan segala kemuliaan dan keindahannya, dijadikan momentum yang tepat untuk menjalankan fungsi syiar HIMPARISBA. Bulan yang penuh berkah dan maghfirah ini terlalu sayang dilewatkan untuk diisi dengan segala bentuk kebaikan, yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW.Rasulullah SAW adalah figur mulia umat ini, termasuk segala perilaku beliau dalam mengisi Ramadhan. Semangat beliau dalam mengisi bulan Ramadhan menjadi suatu keindahan dan kerinduan yang mendalam bagi umat ini, dimana meneladaninya adalah ibadah.

Definisi dan Lambang

Posted by HIMPARISBA On March - 25 - 2008

Himparisba merupakan singkatan dari Himpunan Pengajian Remaja Islam Blora. Organisasi ini berdiri sejak tahun 1979-sekarang. Berkedudukan di Masjid Agung Baitun Nur Blora.

Sejarah

Posted by Author On Month - Day - Year

Sebelum organisasi Himparisba terbentuk, terdapat kelompok-kelompok pengajian kecil yang dipimpin oleh Bapak Jumadi (Almarhum) dan Bu Maryam pada tahun 1974. Seperti Nurul Aliyah, Ropalu, dan lain-lain.

TENTANG HIMPARISBA

Posted by HIMPARISBA On August -17 - 2009

HIMPARISBA adalah organisasi semi otonomi di bawah naungan Yayasan Masjid Agung Baitun Nur Blora di bawah koordinasi seksi pendidikan nonformal yang bergerak di bidang keagamaan, kesiswaan, dan sosial kemasyarakatan serta pengembangan kader-kader masa depan pemimpin bangsa (future nation leaders. Sebagai Organization of Future Islamic Leaders

ZAKAT FITRAH

Diposting oleh HIMPARISBA On 02.06 0 komentar

Zakat FitrahAsy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hukum mengeluarkan zakat fitrah pada sepuluh hari pertama pada bulan Ramadhan?
Beliau rahimahullah menjawab: Kata zakat fitrah berasal dari kata al-fithr (berbuka), karena dari al-fithr inilah sebab dinamakan zakat fitrah. Apabila berbuka dari Ramadhan merupakan sebab dari penamaan ini, maka zakat ini terkait dengannya dan tidak boleh mendahuluinya (dari berbuka-masuk Syawal-red).
Oleh sebab itu, waktu yang paling utama dalam mengeluarkannya adalah pada hari ‘Ied sebelum shalat (‘Ied). Akan tetapi diperbolehkan untuk mendahului (dalam mengeluarkannya) sehari atau dua hari sebelum ‘Ied agar memberi keleluasaan bagi yang memberi dan yang mengambil. Sedangkan zakat yang dilakukan sebelum hari-hari tersebut, menurut pendapat yang kuat di kalangan para ulama adalah tidak boleh.

Berkaitan dengan waktu penunaian zakat fitrah, ada dua bagian waktu: 1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu sehari atau dua hari sebelum ‘Ied2. Waktu yang utama, yaitu pada hari ‘Ied sebelum shalatAdapun mengakhirkannya hingga usai melaksanakan shalat, maka hal ini haram (terlarang) dan tidak sah sebagai zakat fitrah. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma: وَمَنْ أَدَّاهاَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَكاَةٌ مَقْبُوْلَةٌ، وَمَنْ أَدَّاهاَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقاَتِ “Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat, maka zakatnya diterima. Dan barangsiapa menunaikannya setelah shalat, maka itu termasuk dari shadaqah.”Kecuali apabila orang tersebut tidak mengetahui (kapan) hari ‘Ied. Misalnya dia berada di padang pasir dan tidak mengetahuinya kecuali dalam keadaan terlambat atau yang semisalnya. Maka tidak mengapa baginya untuk menunaikannya setelah shalat ‘Ied, dan itu mencukupi sebagai zakat fitrah.1Beliau rahimahullah ditanya: Kapankah waktu mengeluarkan zakat fitrah?
Berapa ukurannya? Bolehkah menambah takarannya?Beliau rahimahullah menjawab: Zakat fitrah adalah makanan yang dikeluarkan oleh seseorang di akhir bulan Ramadhan, dan ukurannya adalah sebanyak satu sha’2. Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma berkata: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma, atau gandum.” Ibnu ‘Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mewajibkan shadaqatul fithr sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata keji, serta sebagai makanan bagi orang-orang miskin.”Maka zakat fitrah itu berupa makanan pokok masyarakat sekitar. Pada masa sekarang yakni kurma, gandum, dan beras. Apabila kita tinggal di tengah masyarakat yang memakan jagung, maka kita mengeluarkan jagung atau kismis atau aqith (susu yang dikeringkan). Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu 'anhu: “Dahulu kami mengeluarkan zakat pada masa Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam (seukuran) satu sha’ dari makanan, dan makanan pokok kami adalah kurma, gandum, kismis, dan aqith.”Waktu mengeluarkannya adalah pada pagi hari ‘Ied sebelum shalat, berdasarkan perkataan Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma: “Dan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan agar zakat ditunaikan sebelum kaum muslimin keluar untuk shalat,” dan hadits ini marfu’. Dan dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma: “Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, maka itu zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat, maka hal itu (hanyalah) shadaqah.”Dibolehkan untuk mengawalkan sehari atau dua hari sebelum ‘Ied, dan tidak boleh lebih cepat dari itu. Karena zakat ini dinamakan zakat fitrah, disandarkan kepada al-fithr (berbuka, masuk Syawal, red). Seandainya kita katakan boleh mengeluarkannya ketika masuk bulan (Ramadhan), maka namanya zakat shiyam.
Oleh karena itu, zakat fithr dibatasi pada hari ‘Ied sebelum shalat, dan diringankan (dimudahkan) dalam mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ‘Ied.Adapun menambah takarannya lebih dari satu sha’ dengan tujuan untuk ibadah, maka termasuk bid’ah. Namun apabila untuk alasan shadaqah dan bukan zakat, maka boleh dan tidak berdosa. Dan lebih utama untuk membatasi sesuai dengan yang ditentukan oleh syariat. Dan barangsiapa yang hendak bershadaqah, hendaknya secara terpisah dari zakat fitrah.Banyak kaum muslimin yang berkata: Berat bagiku untuk menakar dan aku tidak memiliki takaran. Maka aku mengeluarkan takaran yang aku yakini seukuran yang diwajibkan atau lebih dan aku berhati-hati dengan hal ini.Maka yang demikian ini dibolehkan. (Diambil dari kitab Majmu’ Fatawa li Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin, juz 18 bab Zakatul Fithr)

MENGGAPAI MALAM LAILATUL QADAR

Diposting oleh HIMPARISBA On 01.09 0 komentar

Malam Lailatul Qodar mempunyai keutamaan yang sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al-Qur'an Al-Karim, yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka berloma-lomba untuk bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah. Berikut ini ayat-ayat Qur'aniyah dan hadits-hadits nabawiyah yang shahih menjelaskan tentang malam tersebut.

Keutamaan Malam Lailatul Qadar
1. Lebih baik dari seribu bulan
2. Waktu diturunkannya Al Qur’an untuk pertama kalinya
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman dalam surat Al-Qadar (1-5) yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah melaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar"
Mengomentari ayat 1-3 di atas Anas bin Malik ra menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan keutamaan disitu adalah bahwa amal ibadah seperti shalat, tilawah al-Qur'an, dan dzikir serta amal sosial (seperti shodaqoh dana zakat), yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan (tentu di luar malam lailatul qodr sendiri). Dalam riwayat lain Anas bin Malik juga menyampaikan keterangan Rasulullah SAW bahwa sesungguhnya Allah mengkaruniakan "Lailatul qodr" untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya.
Sementara berkenaan dengan ayat 4 surat al qodr, Abdullah bin Abbas ra menyampaikan sabda Rasulullah bahwa pada saat terjadinya lailat al qodr, para malaikat turun kebumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang qiyam al lail, atau melakukan dzikir, para malaikat mengucapkan salam kepada mereka. Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari para hambaNya yang bertaubat.

3. Dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah
Sebagaimana firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui" [Ad-Dukhan (3-6)]

4. Adanya pengampunan dosa
Dari Abu Hurairah Ra, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda yang artinya: “Barangsiapa beribadah pada malam qodar dengan penuh keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” [Shohih, HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759]

Kapan terjadinya Lailatul Qodar ??
Jika seorang muslim mencari malam lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23,25,27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25,27 dan 29. Dalilnya adalah:

1. Diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa malam tersebut terjadi pada tanggal malam 21,23,25,27,29 dan akhir malam bulan Ramadhan. Imam Syafi'i berkata : "Menurut pemahamanku. wallahu 'alam,


Rasulullah SAW menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau : "Apakah kami mencarinya di malam ini?", beliau menjawab : "Carilah di malam tersebut" [dinukil Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/386].



2. Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadar itu pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah Ra, dia berkata Rasulullah SAW beri'tikaf di sepuluh hari terkahir bulan Ramadhan dan beliau bersabda yang artinya : “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan" [Shohih, HR Bukhari 4/225 dan Muslim 1169]

3. Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata) : Rasulullah SAW bersabda: artinya: “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya" [Shohih,HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]
Ini menafsirkan sabdanya. artinya: Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir" [Lihat Maraji' tadi]

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah SAW ke luar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, artinya: “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya; mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29. 27. 25 (dan dalam riwayat lain : tujuh, sembilan dan lima)" [Shohih,HR Bukhari 4/232]
Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan, di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan dari pada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah, dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisah.
Wallahu 'alam.



Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar.?
Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala-Nya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barang siapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" [Shohih, HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759]
Disunnahkan untuk memperbanyak do'a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari Aisyah Ra, (dia) berkata : "Aku bertanya, "Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah : "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii" (Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku)" (HR Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya Shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan hal. 55-57 karya Ibnu Rajab Al-Hambali)
Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaati-Nya- engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan shalat) pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada isterimu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.
Dari Aisyah Ra. Yang artinya : “Adalah Rasulullah SAW, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya* menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" [Shohih, HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174]


Maksud dari “beliau mengencanngkan kainnya” adalah Menjauhi wanita (yaitu istri-istrinya) karena ibadah, menyingisngkan badan untuk mencarinya. Juga dari Aisyah, (dia berkata) yang artinya : “Adalah Rasulullah SAW bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir) yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya" [Shohih, HR Muslim 1174]



Menggapai Lailatul qodar bagi Muslimah
Sebagaimana tersirat dari dialog Rasulullah SAW dengan Aisyah, istri beliau itu, maka mudah disimpulkan bahwa kaum muslimah-pun disyari'atkan dan diperbolehkan menggapai lailatul qodr . Dengan melakukan maksimalisasi ibadah yang memang diperbolehkan untuk dilakukan seorang muslimah.

Tanda-Tandanya
Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu degan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah SAW menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

1. Dari 'Ubay Ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi" [Shohih, HR Muslim 762]
2. Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata : Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW beliau bersabda yang artinya: “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah" (Shohih HR Muslim 1170)
yang dimaksud syiqi jafnah adalah setengah, jafnah artinya bejana. Al-Qadhi 'Iyadh berkata : "Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan".
3. Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan" [Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan].

Rujukan: Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sipat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata.

"Warnai Ramadhan Di Bloraku Tercinta"

Diposting oleh HIMPARISBA On 07.43 0 komentar

"Warnai Ramadhan Di Bloraku Tercinta"

Diposting oleh HIMPARISBA On 07.43 0 komentar


SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA HIMPARISBA

Diposting oleh HIMPARISBA On 08.15 0 komentar

HIMPARISBA merupakan organisasi keanggotaan dan keagamaan Islam, yang melahirkan kader-kader remaja Islam. HIMPARISBA memiliki singkatan dari Himpunan Pengajian Remaja Islam Blora. Himparisba organisasi yang bervisi mencari ridlo Allah SWT dan bermisi memakmurkan masjid. Adapaun tujuannya adalah untuk mewujudkan insan kamil yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.

Sebelum organisasi Himparisba terbentuk, terdapat kelompok-kelompok pengajian kecil yang dipimpin oleh Bapak Jumadi (Almarhum) dan Bu Maryam pada tahun 1974. Seperti Nurul Aliyah, Ropalu, dan lain-lain. Pada tahun 1979, ada satu pemikiran yaitu untuk menyatukan kelompok-kelompok tersebut secara resmi menjadi satu. Atas usulan-usulan tersebut akhirnya tercetus dalam satu kesatuan dengan nama HIMPARISBA yang diusulkan oleh Bapak Tri Usman Widodo seorang anak dari SMP N 1 Kunduran

Langkah pertama oleh HIMPARISBA melaksanakan LKP (Latihan Kepemimpinan Pengajian) Dasar I selama lima hari. Pada tanggal 25 Maret 1979 diresmikan oleh Ketua Ta’mir Masjid Baitun Nur Blora Bapak Ahmad Muzni (Kepala KUA Kecamatan Blora). Pada tanggal 25 Maret 1979 merupakan peresmian HIMPARISBA yang dipimpim oleh Bapak Jumadi dan dengan Ketua Umum pertama yaitu Wahidah Hesti Utami.


HIMPARISBA didirikan untuk beberapa tujuan antara lain :

  • Sebagai kelompok pengajian remaja islam Blora yang memusatkan kegiatannya di Masjid Baitun Nur Blora.
  • Menyuburkan jama’ah Masjid
  • Membantu Ta’mir dalam pelaksanaan program
  • Membentuk remaja islam beriman dan berakhlak mulia, berguna bagi bangsa dan bernegara ( intinya menuju insan kamil )

KETUA UMUM HIMPARISBA SEJAK TAHUN 1979

Diposting oleh HIMPARISBA On 07.55 6 komentar


  1. I = Ukhti Wachida Hesti Utami ( Dokter )
  2. II = Akhi Budi Susetio ( Dosen IPB )
  3. III = Akhi Tri Bangun Laksono
  4. IV = Akhi Agus Budi Mulyono
  5. V = Akhi Gunawan Hendro Saputro
  6. VI = Akhi Tejo Probo
  7. VII = Ukhti Sri Untung Widowati
  8. VIII = Akhi Sutrisno
  9. IX = Akhi Isnin Soiban
  10. X = Akhi Edy Purnawan
  11. XI = Akhi Dandung Sri Harninto
  12. XII = Akhi Eko Arif Nugroho
  13. XIII = Akhi Tri Aryo Nugroho
  14. XIV = Akhi Yuda Aris Nugroho
  15. XV = Akhi Hari Purwanto
  16. XVI = Akhi Teguh Prasetyo
  17. XVII = Akhi Yudi Ariyanto
  18. XVIII = Akhi Singgih Prabowo
  19. XIX = Akhi Bayu Himawan
  20. XX = Akhi M. Taufiq B.N.
  21. XXI = Akhi Sigit Ristanto
  22. XXII = Akhi Mohammad Ali Ma’sum
  23. XXIII = Akhi Fajri Nur Hidayat
  24. XXIV = Ukhti Ulva Fatiya Roshida
  25. XXV = Akhi Nugroho Cahyo A.P.
  26. XXVI = Akhi Imam Al Faruq
  27. XXVII = Akhi Danny Akbar Nugroho
  28. XXVIII = Akhi Robi’ul Priyandri Dargayana
  29. XXIX = Akhi Aji Bagus Urawan
  30. XXX = Akhi Mujtahid Alfajri
  31. XXXI = Akhi M. Ibnu Falah Adinugroho
  32. XXXII = Akhi Irham Ahada
  33. XXXIII = Akhi Muhammad Irfa'udin
  34. XXXIV = Ukhti Ardinda Kartikaningtyas
  35. XXXV = Akhi Muhammad Afif Absor
  36. XXXVI = Akhi Fata Rafi'u Hakam


    VISITOR'S SUM

    BUKU TAMU


    ShoutMix chat widget

    HIMPARISBA's Fan Box

    HIMPARISBA on Facebook

    LIVE TRAFFIC FEED

    VISITORS

    free counters

    LANGUAGE

    QUR'AN HOLIC

    Search in the Quran
    Search:
    Download | Free Code
    www.SearchTruth.com